TEKNOSAINS - Mungkin sebelumnya, kita telah mengetahui perbedaan antara cuaca dengan iklim. Menurut ilmu meteorologi dan klimatologi, cuaca merupakan keadaan udara pada wilayah tertentu dengan waktu yang relatif singkat. Sedangkan, iklim adalah keadaan cuaca rata-rata pada wilayah yang luas dengan waktu relatif lama.

Kini, penulis mengajak anda untuk mengetahui “Cuaca Antariksa“. Cuaca antariksa menjadi sangat penting untuk dipahami mengingat makin besarnya ketergantungan manusia pada teknologi yang berbasis antariksa.
 
Cuaca Antariksa bisa disebut Space Wheather, ialah keadaan yang menunjukkan aktivitas matahari, kondisi ruang antar-planet, magnetosfer, termosfer dan ionosfer, dengan matahari sebagai penggerak utamanya.
 
Bagaimana cuaca antariksa terjadi ?
 
Cuaca  antariksa  terjadi  setiap  saat.  Matahari  senantiasa  memancarkan radiasi elektromagnetik dan partikel-partikel bermuatan. Terkadang intensitasnya lebih tinggi saat terjadi fenomena transien di Matahari seperti flare, prominensa, lontaran  massa korona  (CME),  dan lubang korona (coronal hole). Di samping  berasal  dari  Matahari,  partikel bermuatan bisa juga berupa sinar kosmik yang berasal dari luar tata surya baik dari galaksi kita sendiri atau galaksi lain.
 
Apa saja dampak dari dinamika cuaca antariksa ?
 
Rasio menyatakan 1 % dampak positif yang dapat kita lihat, yakni terciptanya fenomena aurora. Sedangkan 99 % adalah dampak negative, diantaranya : rusaknya wahana antariksa berupa satelit dan sistem navigasi, berpengaruh pada keselamatan astronot di luar angkasa. Dalam jangka panjang, berpengaruh pada iklim di bumi berupa terjadinya peningkatan konsentrasi ozon di stratosfer akibat meningkatnya  intensitas sinar-X dan EUV di puncak aktivitas Matahari.
 
Berikut cuplikan video terkait fenomena dinamika “ Cuaca Antariksa ” yang terjadi pada tanggal 11 September 2014 =>